rangkaianhari

Tuesday, August 15, 2006

[Celoteh] Siapa Bilang Indonesia (Belum) Merdeka?


Indonesia (belum) merdeka.

Pernah melihat tulisan ini, yang kerap menjadi judul maupun tema dari tulisan di media-media massa di Indonesia, setiap menjelang tanggal 17 Agustus? Bagi anda yg rajin membaca media cetak, pastinya pernah membaca kalimat tersebut di atas. Aku selalu memperhatikan, tulisan "ritual" tersebut selalu muncul sebagai tema yang diangkat penulis opini ataupun kolumnis di media-media cetak, untuk memperingati hari kemerdekaan RI.

It's sucks!!!

Tulisan-tulisan itu menurutku hanyalah alat kosmetik para kolumnis dan penulis opini media cetak, untuk mencuri perhatian di momen-momen bersejarah negara ini.

Apakah mereka salah? Tidak ada hal yang benar atau salah, karena kebenaran dan kesalahan itu sangatlah relatif. Keduanya sangatlah subjektif, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Semua hal bisa dikompromikan.

Tapi cobalah memahami analogi ini. Seseorang berusaha sembuh dari penyakitnya. Segala daya dan upaya dia kerahkan, demi kesembuhan dirinya. Namun apa daya, semua orang di lingkungannya tidak percaya, bahwa si pesakitan ini dapat sembuh. Semuanya memvonis, bahwa si manusia sakit itu, tidak akan pernah sembuh, dan pendapat itu kerap dilontarkan kepadanya. Bahkan sang dokter, yang seharusnya mengobati seseorang yang sakit, baik itu secara medis maupun psikis, menudingnya pula, dan mengatakan ia tidak bakalan sembuh. Bagaimana nasib si penyakitan itu? Akankah dia sembuh?

Diperlukan motivasi untuk dapat melepaskan diri dari penyakit. Demikian pula dengan kemerdekaan. Bangsa ini tidak akan sepenuhnya merdeka, jika tiap warganya tidak meyakini bahwa mereka memang sudah benar-benar merdeka.

Ini definisi merdeka, versi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
1. Bebas (dr hambatan, penjajahan, dsb) ; berdiri sendiri.
2. Tidak terkena atau lepas dr tuntutan.
3. Tidak terikat, tidak tergantung kpd orang atau pihak tertentu; leluasa.

Apakah benar, kita, rakyat Indonesia masih mengalami ketidakmerdekaan? IMHO, aku tidak merasakannya demikian tuh. Menurutku, Indonesia sudah sangat-sangat merdeka. Bangsa Indonesia sudah dapat mengemukan pendapat semerdeka-merdekanya, dapat bertingkah-laku sebebas-bebasnya. Kemerdekaan memang bisa dipelintir dan dipolitisasi demi kepentingan sendiri, namun itu sudah masalah lain. Sudah menjadi masalah pribadi. Aku tidak akan mempermasalahkannnya....kan sudah merdeka! Tiap orang berhak untuk berpikir, berbicara dan bertindak :)

Setelah menjadi manusia merdeka ini, sekarang ada satu yang ingin aku capai, yaitu menjadi manusia yang merdesa. Apakah definisi dari merdesa? Silakan lihat pengertian ini. Merdesa: layak; patut; sopan (beradab).

[Refleksi] Kontemplasi Ambang Senja di Pantai Anyer



Mentari memipih...memudar...melebur dalam bentangan langit luas.
Perlahan, bulatan menyala itu menyatu dalam hamparan biru, membentuk rona temaram senja.
Lindapnya mulai menerpa sekujur raga, seiring hempasan angin yang menggulung kecil,
menyaput wajah.

"Alam takambang jadikan guru".
Kalimat di atas adalah pepatah adat kaum Minangkabau, yang dijadikan
filosofi kehidupan sehari-hari. Maknanya adalah alam dapat dipelajari, dipedomani, diatur dan dimanfaatkan. Belajarlah dari alam.

Minggu kemarin (12/08/06), aku secara tak sadar meresapi makna filosofis dari pepatah adat leluhurku tersebut. Sore itu, dalam kesendirian di ambang batas senja, di tengah butir-butir halus pasir putih di pantai Anyer...aku belajar kepada alam.

Dan kepada Allah sajalah, bersujud segala apa yang ada di langit dan semua
yang ada di bumi dari mahluk yang melata, dan (juga) para malaikat, sedang
mereka tidak menyombongkan diri. (Q.S. An-Nahl : 49)

Aku terhenyak membaca membaca ayat Al-Quran di atas, sebagaimana aku terpuruk dalam kemegahan alam di pantai Anyer kemarin. Aku yang merasa kecil dan terdiam tertelan dalam luasnya alam, adalah manusia sombong yang kerap kali mengabaikan Allah, yang menciptakanku dan seluruh jagad alam ini.

Sedangkan aku terpukau akan misteri alam, yakni bagaimana matahari dapat menghadirkan siang dan malam di bumi, bagaimana udara menjadi kebutuhan vital manusia untuk dapat bertahan hidup, bagaimana proses kelahiran manusia, kehidupan di jagad raya alam semesta, masih banyak lagi.

Sungguh klise, namun itu adalah kenyataan...bagaimana aku kadang melupakan Dia, bagaimana aku terkadang terlalu sombong untuk bersujud dan mensyukuri nikmat-Nya.

Aku malu terhadap alam. Betapa banyak manfaat mereka yg aku serap dan gunakan dalam kehidupan, namun mereka masih bersujud kepada-Nya. Sedangkan aku...masih saja berapologi dengan-Nya, dengan dalih aku hanyalah manusia biasa, yang selalu ada kekurangan.

Alam tak pernah mengeluh, mereka selalu berserah kepada Sang Pencipta. Sedangkan aku hanyalah seorang big complainer (mengutip istilahnya Ella), yang selalu mempertanyakan keadilan, tiap kali jalan yang dilalui tidaklah selalu mulus dilampaui.

Ada baiknya aku belajar kepada alam. Belajar bagaimana mereka tetap iklas, meskipun dimanfaatkan, dan tetap tidak sombong, meskipun mereka selalu bersujud kepada-Nya.


We Joined Blogfam