rangkaianhari

Thursday, May 18, 2006

[Tabik] Dear Mr President



Tegas, lembut, bersahaja. Sebuah gambaran profil nyaris sempurna yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Ketiga karakter tersebut melebur dalam satu sosok yang cukup "mengguncangkan" Jakarta, pada minggu lalu. Selalu menjadi sorotan media massa yang terus membuntutinya selama kunjungan kenegaraannya selama 5 hari. Ya,

Mahmoud Ahmadinejad-lah yang aku bicarakan. Presiden Iran, sebuah negara Islam yang aku kagumi. Negara yang sarat dengan derita penindasan, dari jaman pembunuhan Ali Bin Abi Thalib, Karbala, hingga embargo dari negara-negara barat. Negara yang berhasil memadukan konsep ideologis Syiah dengan konsep pemerintahan. Negara yang memiliki semangat Asyura dalam tiap denyut nadi rakyatnya.

Ketegasan Ahmadinejad diperlihatkan atas sikapnya yang menolak "diobok-obok" oleh AS, dalam hal pemakaian tenaga nuklir sebagai sumber daya energi di Iran. Sisi lembut diperlihatkannya saat memberikan kuliah umum di UI, Depok dan UIN, Ciputat, ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan para mahasiswa dengan sabar. Kesahajaannya....ini yang paling mengagumkan. Pernah dengar ada seorang presiden yang tinggal di rumahnya sendiri, tanpa memakai fasilitas negara yang telah disediakan? Pernah dengar ada seorang presiden yang memakai mobil Peugeout keluaran tahun '50-an? Yap...kesemuanya itu adalah sekilas sosok dari Ahmadinejad. Tapi mungkin hal ini tidaklah begitu mengherankan, karena figur-figur pemimpin di Iran memang memiliki karaktar-karakter tersebut, dimulai dari Yang Terhormat Ayatullah Rahullah Khomeini.

Entah kenapa, sepak terjang mantan anggota Korps Pengawal Revolusi Iran, dan mantan Gubernur Teheran itu menyita perhatianku. Ketika dia di Jakarta, aku selalu memantau rangkaian jadwal kegiatan beliau. Ada "getaran" saat membaca maupun menonton aksi-aksi pria kelahiran Aradan, 28 Oktober 1956 itu. Terakhir kali merasakan "getaran" seperti ini, saat aku mengikuti langgam politik Amien Rais sejak 1998.

Tapi seperti biasanya, pertanyaan sinismeku pun cepat muncul, melihat apresiasi masyarakat, pemerintah, DPR/MPR yang sangat tinggi terhadap Ahmadinejad. Apakah ketika muncul figur yang tegas, lembut, bersahaja di Indonesia, apakah sikap kita akan mendukung sosok tersebut???

Aku rasa tidak. Sikap bangsa Indonesia adalah sikap orang yang terjajah. Selalu terpukau akan sesuatu yang ada di luar Indonesia. Saat muncul "Ahmadinejad-Ahmadinejad" ala Indonesia, jutaan apriori akan serta merta ditunjukan ke tokoh-tokoh tersebut.

"Sok tegas, padahal di balik semua itu ada deal-deal yang menguntungkan pribadinya dan kroni-kroninya sendiri!"

"Sok lembut, padahal sejumlah keputusan-keputusan diambilnya untuk merugikan rakyat!"

"Sok bersahaja, padahal sejumlah rumah, mobil, perusahaan, telah diendapkannya pribadi tanpa sepengetahuan rakyat!"

Dan aku larut di dalam kerumunan cemooh, sinisme itu. Tanpa bisa memberikan dukungan konkrit terhadap pemerintahanku sendiri.


We Joined Blogfam